Skip to main content

Keresahan Pengungkapan Laporan Keuangan dalam Masa Pandemi Covid-19

        Banyak industri tidak dapat bertahan pada masa pandemi yang mengakibatkan hilangnya lapangan kerja dan penutupan bisnis skala cukup besar. Penurunan kegiatan bisnis selama pandemi merupakan penurunan aktivitas bisnis terbesar yang pernah terjadi dan hampir semua industri merasakan dampaknya. Penurunan aktivitas bisnis cukup signifikan di beberapa negara bagian seperti Afrika-Amerika turun 41 persen, Latin turun 32 persen, Asia turun 26 persen (Fairlie 2020). Hal ini mendorong mayoritas pelaku bisnis mencari pendanaan untuk menyokong keberlanjutan usahanya.  

Menyikapi hal tersebut, pemerintah dari berbagai negara melakukan beberapa intervensi perekonomian nasional mereka. Beberapa intervensi yang dilakukan pemerintah yaitu dengan cara, pertama, melakukan dukungan untuk individu termasuk akses untuk tunjangan sosial (seperti tunjangan pendapatan dan tunjangan pengangguran). Kedua, melakukan dukungan untuk bisnis dan badan pemerintah lainnya, termasuk hibah dan pinjaman. Ketiga, menggunakan sistem keuangan pendukung, termasuk instrumen kebijakan moneter (seperti penurunan suku bunga dan pembelian obligasi pemerintah) (Barnoussi et al. 2020). Kebijakan tersebut diharapkan dapat menjaga stabilitas perekonomian di negara mereka.

Sampai saat ini, belum dapat dipastikan kapan pandemi COVID-19 akan berakhir, sehingga menimbulkan ketidakpastian yang substansial mengenai konsekuensi ekonomi dari krisis. Keadaan ini dapat bertahan dalam jangka panjang dan juga memiliki dampak negatif jangka panjang pada hasil keuangan entitas (Barnoussi et al. 2020). Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan perlu menilai kembali aset pinjaman mereka, karena kondisi yang terjadi dapat mengakibatkan cadangan kerugian pinjaman yang lebih tinggi. Selain itu, cadangan modal akan berdampak pada rasio solvabilitas yang buruk dan potensi likuiditas pasar (Barnoussi et al. 2020).

Secara spesifik, masalah yang timbul dalam akuntansi dan keuangan yaitu berdampak pada kerugian kredit, kecukupan modal, likuiditas, aset yang turun nilainya, kerusakan lindung nilai (hedging breakage) dan masalah penilaian instrumen keuangan, serta kebutuhan untuk peningkatan pengungkapan (Wake et al. 2020). Ketidakmampuan individu dan organisasi untuk memenuhi kewajiban mereka secara memadai dan membayar hutang mereka disebabkan oleh pembatasan ekonomi yang terjadi di beberapa negara (Barnoussi et al. 2020). Dalam masalah pelaporan terkait dengan krisis COVID-19, pembuat standar akuntansi (misalnya, AASB dan AUASB 2020; IFRS Foundation 2020) secara terbuka mengakui bahwa pandemi COVID-19 memiliki implikasi paling langsung untuk masalah akuntansi dan pelaporan atas kerugian kredit ekspektasian (KKE) atau expected credit loss (ECL) (Barnoussi et al. 2020). Hal ini berlaku untuk pelaporan keuangan oleh bank dan lembaga keuangan lainnya yang merupakan inti dari sistem keuangan dunia (Barnoussi et al. 2020). Dengan demikian, dibutuhkan informasi pelaporan akuntansi yang adil dari perusahaan, sehingga dapat merepresentasikan kondisi perusahaan yang sebenarnya.

Kemudian, ini menimbulkan pertanyaan: Apa yang dapat organisasi lakukan untuk memantau, mengurangi, dan melaporkan risiko serta ketidakpastian yang ada di depan? Tentu organisasi akan diminta untuk mengungkapkan tentang efek COVID-19 pada bisnis mereka dalam laporan keuangan atau pengungkapan pasar modal yang diwajibkan. Selain itu, pemangku kepentingan, termasuk regulator akan mengharapkan pengungkapan terkait efek dan risiko peristiwa selanjutnya dalam berbagai laporan keuangan (Wake et al. 2020). Beberapa intervensi yang memengaruhi penerapan standar saat ini, seperti badan pengawas perbankan, pembuat standar akuntansi, dan regulator segera mengembangkan pedoman bagi entitas pelaporan mengenai tantangan pelaporan keuangan serta implikasi dari COVID-19.

Pembahasan lebih lanjut akan dibahas selanjutnya, bagaimana PricewaterhouseCoopers (PwC), Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan Penelitian Sebelumnya terkait pelaporan di masa Pandemi.

Referensi:

Barnoussi, Aziz el, Bryan Howieson, and Ferdy van Beest. 2020. “Prudential Application of IFRS 9: (Un)Fair Reporting in COVID-19 Crisis for Banks Worldwide?!” Australian Accounting Review 30(3):178–92. doi: 10.1111/auar.12316.

Fairlie, Robert W. 2020. “The Impact of Covid-19 on Small Business Owners: Evidence of Early-Stage Losses from The April 2020 Current Population Survey.” Journal of Chemical Information and Modeling 53(9):1689–99.

Wake, David, Michael Goenawan, Subianto, Chairil Tarunajaya, and Jusuf Wibisana. 2020. “COVID-19 and the Indonesian Banking Industry: Issues and Actions to Consider.” PwC Indonesia 1–6.


Comments

Popular posts from this blog

Tips Menghadapi Ujian Kompre Akuntansi. 1 Kali Ujian !!!

  Sumber: Google Hai guys , mungkin kalian sudah pernah mendengar dengan ujian komprehensif atau kompre. Ada beberapa jurusan di perguruan tinggi yang melaksanakan ujian ini seperti jurusan Psikologi dan Akuntansi. Nah, kali ini aku ingin bahas mengenai ujian kompre di jurusan Akuntansi. Yaaps! Ujian kompre ini merupakan ujian dengan semua materi   mata kuliah Akuntansi. Penerapan ujian kompre untuk setiap kampus berbeda-beda guys .   Ujian kompre ada yang tertulis atau lisan bahkan ada yang kedua-duanya tulisan dan lisan. Di beberapa kampus ujian kompre di adakan ketika kita telah ujian proposal dan skripsi kita telah ACC oleh pembimbing. Ada juga kampus yang menetapkan ujian kompre sebagai pengganti ujian hasil. Materi dalam ujian kompre juga memiliki aturan berbeda setiap kampus. Mata kuliah yang di ujikan yaitu Akuntansi Keuangan, Audit, Akuntansi Sektor Publik, Pajak, Akuntansi Syariah, dan lain-lain.  Setidaknya ada 3 materi matakuliah yang harus ka...

Anggaran, Fungsi Anggaran, dan Proses Penyusunan Anggaran

Anggaran adalah rencana manajerial untuk tindakan yang dinyatakan dalam istilah keuangan. Anggaran juga sebagai alat manajerial yang memastikan pencapaian tujuan organisasi dan memberikan pedoman dolar dan sen untuk operasi sehari-hari. Jika suatu perusahaan menetapkan tujuan untuk menangkap pangsa pasar yang lebih besar, meningkatkan laba dan meningkatkan citranya di antara konsumen, maka anggarannya harus menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Riahi-Belkaoui:2002 ;Supriyono:2016 ). Lebih lanjut, Riahi-Belkaoui (2002) memaparkan fungsi anggaran yaitu: 1.       Hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan. Sebagai hasil negosiasi di antara anggota organisasi yang dominan, mereka mewakili konsensus organisasi tentang tujuan operasi untuk masa depan. 2.       Cetak biru perusahaan yang mencerminkan prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi. Menunjukkan bagaimana berbagai subunit or...

Ada Apa di Pare Kampung Inggris?