Tahun
2019 kondisi perekonomian dunia melemah akibat dari perang dagang Amerika dan
Cina, Resesi di Amerika, Mesin ekonomi Eropa melambat dan melemahnya ekonomi
Cina. Peristiwa tersebut mengakibatkan sejumlah negara juga berdampak bukan
tidak mungkin Indonesia juga terkena imbasnya yaitu resesi. Menurut World Bank,
Indonesia rentan terjadi resesi karena arus kas yang masuk melalui portfolio
yang selama ini menambal defisit berjalan sehingga harus mewaspadai capital
outflows. Menambal defisit berjalan dengan arus kas melalui instrument
portfolio merupakan kesalahan karena merupakan Hot Money mudah datang
dan pergi. Untuk menghindari hal tersebut, Sinyal terjadi resesi yaitu ketika
ada beberapa dari pertumbuhan melambat, tetapi masih produktif. Tanda dari
resesi terjadi di salah satu ekonomi terkemuka seperti manufaktur (www.cnbcindonesia.com).
Adanya
masalah ekonomi global juga mempengaruhi aktivitas perekonomian salah satunya merger
dan akuisisi (M&A). Dilansir pada bisnis.com aktivitas M&A global turun
sebesar 35% atau mencapai US$783 miliar pada kuartal III/2018 dibandingkan
kuartal sebelumnya, yang disebabkan kekhawatiran bahwa eskalasi dagang Amerika
Serikat dan China dapat mengganggu prospek beberapa kesepakatan korporasi. Aktivitas
M&A menghasilkan keuntungan kekayaan bagi pemegang saham
pengakuisisi (Aybar dan Ficici:2009). Istilah "merger" dan
"akuisisi" atau M&A sering digunakan dalam banyak studi. M&A
merupakan perusahaan yang sebelumnya memiliki kepemilikan terpisah dan beroperasi
sebagai satu perusahaan setelah kesepakatan M&A terjadi. Perusahaan
termotivasi untuk melakukan M&A berdasarkan motif efisiensi dan profitabilitas.
Selain itu Sharma dan Raat (2016) mengungkapkan beberapa alasan mengapa suatu
perusahaan melakukan M&A yaitu untuk sinergi, akses ke modal, globalisasi,
deregulasi, diversifikasi geografis, menawar kekuatan di pasar berkembang,
asimetri informasi.
Beberapa
literatur telah membuktikan bahwa pengumuman M&A sangat menguntungkan bagi
para pihak internal maupun eksternal perusahaan. Baik manajer dan investor
sangat tertarik untuk mengetahui sebanyak mungkin tentang dampak potensial dari
pengumuman M&A dan mengarah pada penciptaan kekayaan yang signifikan untuk
entitas gabungan dari pengakuisisi dan target. Return sering tidak
didistribusikan secara merata antara pengakuisisi dan target. Pemegang saham
perusahaan target nampaknya mendapat keuntungan dalam sebagian besar kasus dibandingkan
pengakuisisi dalam jangka waktu Panjang diakibatkan oleh ketidak mampuan
bersinergi atau mengambil manfaat dari aktivitas M&A (Sharma dan Raat:2016;
Septiani dan Akbar:2014; Kumar dan Tamizharasi: 2019).
Return
taknormal yang diperoleh oleh perusahaan target pada saat pengumuman akuisisi
awal terkait dengan bentuk pembayaran, tingkat resistensi, dan jenis penawaran.
Hasil menunjukkan bahwa saling ketergantungan di antara karakteristik ini
penting. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa target penawaran tender
mendapatkan return taknormal lebih tinggi dari target merger. Namun, setelah
mengendalikan metode pembayaran dan tingkat resistensi, perbedaan dalam return
taknormal antara penawaran tender dan merger tidak signifikan (Huang dan Walkling:1987).
Dengan adanya
temuan yang saling bertentangan ini, ada perdebatan yang sedang berlangsung
mengenai bagaimana cara mengevaluasi dampak kekayaan dari transaksi M&A
pada perusahaan-perusahaan penawaran. Beberapa kritikus berpendapat bahwa
kesepakatan M&A kemungkinan besar merupakan investasi strategis jangka
panjang oleh perusahaan dan, dengan demikian, tidak dapat dievaluasi
berdasarkan reaksi pasar selama beberapa hari. Namun, pendukung penelitian efek
jangka pendek berpendapat bahwa reaksi awal pasar adalah prediktor yang baik
dari kinerja jangka panjang sebenarnya dari suatu kesepakatan (McWilliams dan
Siegel, 1997). Mereka berpendapat bahwa ukuran laba berbasis akuntansi
(biasanya digunakan dalam studi jangka panjang) dapat dikenakan manipulasi oleh
orang dalam. Harga saham seharusnya mencerminkan nilai sebenarnya dari
perusahaan karena mereka dianggap mencerminkan nilai diskonto dari semua arus
kas masa depan dan memasukkan semua informasi yang relevan (Ma, Pagán, and Chu:2009).
Sumber:
Aybar, B., &
Ficici, A. (2009). Cross7border acquisitions and firm value: An analysis of
emerging-market multinationals. Journal
of International Business Studies. 40, 131771338.
Sharma, A dan Erwin Raat (2016). Acquiring
control in emerging markets: Foreign acquisitions in Eastern Europe and the
effect on shareholder wealth The University of Bradford Institutional
Repository. Research in International Business and Finance, 37, 153–169.
Septiani, Ayu D, Lisa
Fittryanti Akbar (2014) Pengaruh Merger dan Akuisisi Terhadap Return Perusahaan
yang Bertindak sebagai Bidder (Studi di Bursa Efek Indonesia Periode
2009-2013).
Kumar, Nm Sumanth dan Tamizharasi D (2019) An Event Study on The
Reaction of Stock Returns to Merger Announcements: A Special Reference to Bank of
Baroda, Dena Bank, & Vijaya Bank Merger. Journals
Foundation Speak. Vol 8, No 2.5.
Huang, Yen-Sheng dan Ralph A. Walkling (1987). Target Abnormal Returns Associated with
Acquisition Announcements: Payment, Acquisition Form, and Managerial
Resistance. Journal of Financial Economics.19 329-349.
Ma, Jianyu., José A. Pagán., and
Yun Chu (2009) Abnormal Returns to Mergers and Acquisitions in Ten Asian Stock
Markets. International Journal of Business. Vol. 14(3). ISSN: 1083-4346.
McWilliams,
A. dan Donald Siegel (1997) Event Studies in Management Research: Theoretical and
Empirical Issues. Academy of Management Journal. Vol. 40. No. 3, 626-657.
Comments
Post a Comment