Skip to main content

Kontradiktif Teori dalam Menyikapi Budgetary Slack terhadap Kinerja Perusahaan






Slack (kesenjangan) dalam proses peganggaran muncul dari kecenderungan organisasi dan individu untuk menahan diri dari menggunakan semua sumber daya yang tersedia bagi mereka. Ini menggambarkan kecenderungan untuk tidak bekerja secara efisien. Secara umum, dua jenis slack telah diidentifikasi dalam literatur, yaitu organizational slack (senjangan organisasi) dan bugetary slack (senjangan anggaran). Senjangan organisasi pada dasarnya mengacu pada kapasitas yang tidak terpakai, dalam arti bahwa tuntutan memakai sumber daya organisasi kurang dari pasokan sumber daya ini. Senjangan anggaran ditemukan dalam proses anggaran dan mengacu pada kesalahan yang disengaja dengan anggaran penjualan yang diturunkan dan anggaran biaya dinaikkan (Riahi-Belkaoui:2002).
Lebih lanjut, Riahi-Belkaoui (2002) menjelaskan kesenjangan organisasi merupakan penyangga yang dibuat oleh manajemen dalam penggunaan sumber daya yang tersedia untuk menangani internal maupun kejadian eksternal yang mungkin timbul dan mengancam koalisi. Kemudian, slack digunakan oleh manajemen sebagai agen perubahan dalam menanggapi perubahan baik di lingkungan internal dan eksternal. Berdasarkan Intitutional Theory (teori organisasi) mengungkapkan slack sebagai sumber daya yang melindungi inti teknis perusahaan dan memungkinkan untuk eksperimen dalam menanggapi perubahan lingkungan, dan umumnya melihat slack berhubungan positif dengan kinerja perusahaan (Cyert & March: 1963; Pfeffer & Salancik:1978). Slack ini kemudian digunakan sebagai kekuatan penstabil untuk menyerap sumber daya berlebih pada masa yang baik tanpa memerlukan revisi aspirasi dan niat mengenai penggunaan kelebihan sumber daya (Riahi-Belkaoui:2002).
Terlepas dari potensi manfaat partisipasi seperti peningkatan motivasi dan komitmen, partisipasi anggaran telah dianggap memiliki hasil negatif (Elmassri dan Harris: 2011). Riahi-Belkaoui (2002) mengungkapkan kesenjangan anggaran menganggap anggaran sebagai perwujudan dari lingkungan organisasi. Karena itu, mengasumsikan bahwa manajer akan menggunakan proses penganggaran untuk tawar-menawar (kecenderungan ini dapat ditambah atau dikurangi). Slack disebut "perilaku disfungsional" telah diselidiki selama 30-40 tahun terakhir dalam paradigma negatif ini (Elmassri dan Harris: 2011). Ini didukung dengan Agency Theory (teori keagenan) yang menyatakan bahwa terdapat conflict of interest (konflik kepentingan) antara principal (pemilik atau manajemen puncak) dan agent (karyawan atau manajer yang lebih rendah) dimana hubungan yang terjalin antara keduanya hanyalah sebatas kontrak. Masing-masing pihak akan mengutamakan kepentingan dirinya sendiri dan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan dirinya sendiri sehingga sifat ini disebut sebagai perilaku oportunistik (Sihombing dan Rohman:2017).
Berdasarkan dua teori yang berbeda dalam menyikapi kesenjangan anggaran. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan level dalam menilai kesenjangan anggaran. Teori agensi melihat kesenjangan anggaran dari level individu sedangkan teori organisasi melihat kesenjanagan anggaran dari level organisasi. Hal ini tentu tidak dapat di bandingkan namun keduanya saling terkait. Sebenarnya kesenjangan anggaran merupakan hubungan curva linear yang berbetuk-U terbalik. Ini menunjukkan jika kesenjangan terlalu sedikit dan terlalu banyak akan menjadi masalah dalam organisasi (Stan et al:2014).
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan adanya hasil berbeda dari penelitian kesenjangan anggaran. Van der Stede (2000) yang menemukan bahwa unit bisnis dengan strategi diferensiasi atau mereka yang lebih menguntungkan di masa lalu lebih fleksibel dan kontrol anggaran yang kurang kaku memungkinkan lebih banyak ruang untuk penciptaan kesenjangan. Berbeda dengan penelitian Van der Stede (2000), Elmassri dan Harris (2011) menunjukkan bahwa pandangan tentang kelonggaran anggaran sebagai perilaku negatif tidak konsisten dengan budaya mesir. Temuan ini konsisten dengan litertur yang baru dalam memandang kelonggarana anggaran lebih positif dan memikirkannya kembali sebagai manajemen risiko. Atas perbedaan pandangan ini, Stan et al (2014) dengan menganalisis bagaimana berbagai kategori senjangan terkait dengan kinerja sosial dan ekonomi di BUMN. Hasil penelitian menambah perdebatan tentang hubungan antara senjangan dan kinerja perusahaan yang menunjukkan bahwa fokus tidak boleh pada apakah senjangan secara seragam baik atau buruk untuk kinerja. Hasil ini menyiratkan bahwa kesenjangan anggaran baik atau buruk, tergantung dari penggunaannya, bentuk organisasi, dan peraturan yang terikat dengan organisasi tersebut.
Penelitian kesenjangan anggaran yang di sebabkan oleh adanya partisipasi yang diungkapkan oleh penelitian Baerdemaeker dan Bruggeman (2015) mengeksplorasi anatara akuntansi dan strategi dengan mengakui pentingnya perencanaan strategis partisipatif untuk memahami penciptaan kesenjangan anggaran manajer. Diperiksa dari sisi individual yaitu sikap dari manajer yang berpartipasi dalam penganggaran, Hobson et. al (2011) memberikan bukti bahwa insentif keuangan berperan dalam menentukan kerangka moral pengaturan anggaran dan bahwa nilai-nilai pribadi berperan dalam menentukan bagaimana individu merespons kerangka moral itu.
Kritik utama dari studi sebelumnya dalam paradigma ini adalah bahwa sejumlah kecil variabel diisolasi dan diukur dalam filosofi sebab dan akibat positivis, mengabaikan banyak faktor individual dan kontekstual yang dapat memiliki efek moderat. Penelitian Hobson et. al (2011) selain pengaruh skema pembayaran yang di periksa, juga memeriksa tiga indikator dari nilai-nilai pribadi yaitu nilai-nilai tradisional, tanggung jawab, dan empati terhadap kesenjangan anggaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya tanggung jawab yang tidak berpenagruh terhadap kesenjangan anggaran.
Sehingga, masih perlu dilakukan pembuktian lebih lanjut terkait teori yang membahas senjangan anggaran pada level individu dan level organisasi. Kemudian, pengembangan pada model lintas-level (individu-organisasi) yang menghubungkan level analisis individu dan organisasi merupakan hal yang menjanjikan untuk dilakukan. Studi pada level individu belum dikembangkan ke dalam kerangka kontengensi. Studi berbasis kontenjensi pada level organisasi  (mis, menggambarkan pada psikologis) tanpa berteori tentang urutan kausal dan atau tanpa mengandalkan penelitian empiris sebelumnya yang dilakukan pada tingkat analisis individu cenderung prematur dan berpotensi menyesatkan karena tidak memeriksa pada level individu (Hall, 2015). (az)

Referensi:
Sihombing, Melina Yosephine dan Abdul Rohman. 2017. Analisis Pengaruh Anggaran Partisipatif Terhadap Budgetary Slack Dengan Pertimbangan Etika Sebagai Variabel Moderasi (Studi Kasus Pada Pt Pln (Persero) Distribusi Jawa Tengah & D.I. Yogyakarta). Diponegoro Journal of Accounting. Volume 6, Nomor 3, Tahun 2017, Halaman 1-10.
Riahi-Belkaoui, Ahmed. Behavioral Management Accounting. Wesport, Connectiicut: Quorum Books. (2002).
Cyert, R., & March, S. 1963. A Behavioral Theory of The Firm. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall.
Pfeffer, J., & Salancik, G. R. 1978. The External Control of Organizations: A Resource Dependence Perspective. New York: Harper & Row.
Elmassri, Moataz Dan Elaine Harris. 2011. Rethinking Budgetary Slack as Budget Risk Management. Journal of Applied Accounting Research. Vol. 12 No. 3. Pp. 278-293.
Stan, Ciprian V. Mike W. Peng & Garry D. Bruton. 2014. Slack and The Performance of State Owned Enterprises. Asia Pac J Manag. 31:473–495. DOI 10.1007/S10490-013-9347-7.
Van der Stede. 2000. The Relationship Between Two Consequences of Budgetary Controls: Budgetary Slack Creation And Managerial Short-Term Orientation. Accounting, Organizations and Society. Vol.25, p. 609-622.
Baerdemaeker Jolien De Dan Werner Bruggeman. 2015. The Impact of Participation in Strategic Planning on Managers’ Creation of Budgetary Slack: The Mediating Role of Autonomous Motivation and Affective Organisational Commitment. Management Accounting Research. Vol 29 (2015) 1–12.
Hobson, Jessen L. Mark J. Mellon, And Douglas E. Stevens. 2011. Determinants of Moral Judgments Regarding Budgetary Slack:An Experimental Examination Of Pay Scheme And Personal Values. Behavioral Research in Accounting. Vol. 23, No. 1. Pp. 87–107. Doi: 10.2308/Bria.2011.23.1.87.
Hall, Matthew. 2015. Realising The Richness of Psychology Theory in Contingency-Based Management Accounting Research. Management Accounting Research. http://dx.doi.org/10.1016/j.mar.2015.11.002


Comments

Popular posts from this blog

Tips Menghadapi Ujian Kompre Akuntansi. 1 Kali Ujian !!!

  Sumber: Google Hai guys , mungkin kalian sudah pernah mendengar dengan ujian komprehensif atau kompre. Ada beberapa jurusan di perguruan tinggi yang melaksanakan ujian ini seperti jurusan Psikologi dan Akuntansi. Nah, kali ini aku ingin bahas mengenai ujian kompre di jurusan Akuntansi. Yaaps! Ujian kompre ini merupakan ujian dengan semua materi   mata kuliah Akuntansi. Penerapan ujian kompre untuk setiap kampus berbeda-beda guys .   Ujian kompre ada yang tertulis atau lisan bahkan ada yang kedua-duanya tulisan dan lisan. Di beberapa kampus ujian kompre di adakan ketika kita telah ujian proposal dan skripsi kita telah ACC oleh pembimbing. Ada juga kampus yang menetapkan ujian kompre sebagai pengganti ujian hasil. Materi dalam ujian kompre juga memiliki aturan berbeda setiap kampus. Mata kuliah yang di ujikan yaitu Akuntansi Keuangan, Audit, Akuntansi Sektor Publik, Pajak, Akuntansi Syariah, dan lain-lain.  Setidaknya ada 3 materi matakuliah yang harus ka...

Anggaran, Fungsi Anggaran, dan Proses Penyusunan Anggaran

Anggaran adalah rencana manajerial untuk tindakan yang dinyatakan dalam istilah keuangan. Anggaran juga sebagai alat manajerial yang memastikan pencapaian tujuan organisasi dan memberikan pedoman dolar dan sen untuk operasi sehari-hari. Jika suatu perusahaan menetapkan tujuan untuk menangkap pangsa pasar yang lebih besar, meningkatkan laba dan meningkatkan citranya di antara konsumen, maka anggarannya harus menggunakan sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan (Riahi-Belkaoui:2002 ;Supriyono:2016 ). Lebih lanjut, Riahi-Belkaoui (2002) memaparkan fungsi anggaran yaitu: 1.       Hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan. Sebagai hasil negosiasi di antara anggota organisasi yang dominan, mereka mewakili konsensus organisasi tentang tujuan operasi untuk masa depan. 2.       Cetak biru perusahaan yang mencerminkan prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi. Menunjukkan bagaimana berbagai subunit or...

Ada Apa di Pare Kampung Inggris?